BILA LAGI

BILA LAGI

Puisi oleh Andi Jamaluddin 

mendengar jerit daun-daun mengering
yang jatuh di halaman
seperti disayat sembilu
di jaringan empedu
pedih berkulai debu
bahkan terinjak-injak hujan
tengah malam

pohon makin tinggi meranggas kerimbunan daun
pada ranting yang tiada tangis lagi
anginpun makin angkuh

di kejauhan, senandung darah
menyiram ladang-ladang
dari ketandusan rasa
daun-daun tak ada daya
meski menjerit selengking langit

wahai, Palestina
anak-anak dan perempuan menjadi menara
meneriakkan pohon tempat mereka berteduh
meranggas
adalah penantian setetes air
menyiramkan dahaga

bila lagi daun-daun hijau
teduhkan halaman
merenda rindu
pada noktah senyuman.

Pagatan, 08-09-2014.

BIODATA
Andi Jamaluddin AR AK, lahir pada 14 Februari 1964, tinggal di Jl Karya II, Rt 03, Desa Batuah, Pagatan, Kecamatan Kusan Hilir, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia. Menjadi guru sejak tahun 1985, Email andijarak_64@yahoo.com.
Ia mulai aktif menulis sejak awal 80an, terutama puisi dan cerpen. Antologi puisi tunggalnya antara lain Kehidupan, Domino, Losmen, Matahariku, Pidato Seekor Kakap, Zikzai, Wasi, Seribu Sungai Paris Barantai, Tarian Cahaya di Bumi Sanggam, Konser Kecemasan, Tragedi Buah Manggis, Sungai Kenangan, Bentara Bagang, Bait-Bait 7 Februari, dan Tadarus Rembulan. 

Keterangan :
Puisi “BILA LAGI” dimuat dalam Antologi Puisi ASPeG (Aksi Sastra Peduli Gaza), dengan judul antologi “ABAD BURUNG GAGAK DI TANAH PALESTINA”, cetakan pertama September 2015. 
Puisi “BILA LAGI” berada pada halaman 30 sd 31. Ada sekitar 30 penyair se-Indonesia yang karyanya dimuat dalam antologi “ABAD BURUNG GAGAK DI TANAH PALESTINA” yang berjumlah 124 halaman ini. 

Akan tetapi, ARAska Banjar selaku editor naskah dalam Antologi “ABAD BURUNG GAGAK DI TANAH PALESTINA”, meminta ma’af kepada penulis puisi, apabila merasa puisinya dalam antologi tersebut mengalami perubahan, karena ternyata dalam hasil cetak Antologi “ABAD BURUNG GAGAK DI TANAH PALESTINA”, terdapat beberapa puisi yang mengalami perubahan naskah yang  tidak dilakukan oleh editor.
Naskah puisi dikirimkan penulis ke Panitia ASPeG, yang kemudian semua kumpulan  naskah dikirimkan lagi ke editor. Beberapa naskah puisi yang struktur tipografinya tidak sesuai, atau ada kata/kalimat yang lebih menjurus SARA, lalu dikonfirmasi ulang oleh editor ke penulisnya untuk diperbaiki, atau saran perbaikan yang  diajukan editor yang mendapat ijin dari penulisnya. Kemudian semua naskah yang sudah selesai di edit, kembali dikirimkan ke Ketua Panitia ASPeG.
Panitia ASPeG, selanjutnya mengirimkan ke Penerbit untuk di cetak. Dan disinilah masalah terjadi, karena hasil cetak Antologi “ABAD BURUNG GAGAK DI TANAH PALESTINA”, ditemukan beberapa perubahan pada puisi-puisnya. Ada yang tanda titik, koma, petik berubah. Ada judul puisi yang berubah. Ada struktur tipografi puisi berubah. Perubahan yang tanpa konfirmasi dengan Ketua Panitia ASPeG, atau dengan Editor, atau dengan penulisnya sendiri.
Ketua Panitia ASPeG menyatakan, ia tidak ada melakukan perubahan, karena kumpulan naskah yang dikirimkan editor, itulah yang dikirim ke penerbit. Maka, besar kemungkinan perubahan naskah tanpa ijin, telah dilakukan oleh penerbit.

Catatan :
Menyimak tiap jalinan kata yang merangkai larik menjadi bait, di antara duka dan luka. Gaza, kota di perbatasan Palestina, tanah mereka yang dirampas. 
Duka dan luka Gaza di antara kematian, hiasi malam. Duka dan luka Gaza, anak-anaklah yang menjadi korban. Duka dan luka warga Gaza yang berbingkai ketabahan dan ketegaran, bertahan di antara puing-puing reruntuhan bangunan, membuat hati yang peduli turut merintih, hingga menggores pena.
Darah yang membasahi bumi Gaza, adakah kepedulian untukmu Bocah-bocah kecil di Jalur Gaza? 
Persoalan yang terjadi di Gaza, bukan lagi masalah agama, tapi adalah masalah kemanusiaan. Tanah anak-anak Palestina dirampas dan puluhan tahun Palestina berada dalam penindasan Zionis Israel yang didukung oleh negara-negara adikuasa!
Dikutip dari laman web wikipedia, Zionisme  adalah gerakan nasionalis Yahudi internasional yang menghasilkan negara Israel di wilayah Palestina. Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 1975 dari Resolusi 3379. Resolusi ini menyatakan bahwa Zionisme adalah sebuah bentuk rasisme. Disaat munculnya gerakan zionis ini membuat hak-hak Palestina dirampas terutama pada Anak-anak, banyaknya kekerasan terhadap anak-anak yang dilakukan Zionis membuat Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, António Guterres meminta Israel untuk menghentikan penggunaan kekerasan senjata terhadap anak-anak. Israel sebagai negara Zionis diberi label oleh PBB sebagai salah satu negara yang menjadi pembunuh anak terbesar di dunia. #israelTeroris, #israelPembunuhanAnakAnakdanWanita, #israelBiadab, #israelTerkutuk, #SaveGaza, #SavePalestina

by #SastraBanua Facebook


Lebih baru Lebih lama