Jiwa Dibawah Obsesi

Jiwa Dibawah Obsesi

Prosa Karya : Hawa Ahda HN

SEBUAH desa yang sangat jauh dari perkotaan. Desa yang masih asri dengan pepohonan dan pegunungan yang masih hijau, air mengalir sepanjang desa itu, hanya kedamaian dan ketenangan yang menghiasi desa itu.

Setelah sholat subuh orang-orang masih sibuk dengan aktivitas mereka di dalam rumah, sawah dan hutan sumber penghasilan orang-orang desa itu. Ada  seorang pemuda yang baru berumur 20 tahun yang bernama Joko.

Joko duduk terdiam dipinggir kali, dia meratapi nasib nya yang hanya bekerja sebagai   mencari kayu bakar tiap harinya, kemudian kayu-kayu itu pun dia jual ke pasar. Joko di kenal sebagai pemuda yang baik dan rajin, namun sudah 5 tahun ini Dia hidup sebatang kara di desa itu, orang tuanya sudah meninggal dunia sejak terjadi longsor di desa nya. 

Sesekali dia lempar batu kerikil ke kali untuk menghilangkan ke kosongannya. Dia mulai berpikir untuk pergi ke kota, berharap nasibnya akan berubah jadi lebih baik.

Tekatnya pun sudah bulat, ke esokan harinya Joko berangkat pergi ke kota dan dia meninggalkan desa untuk pertama kalinya. Dia berjalan menyusuri jalan persawahan yang kecil, di kelilingi aliran air yang mengaliri desa itu.

Joko menaiki bus yang membawanya sampai ke kota, satu hari perjalanan ditempuhnya, akhirnya bus itu pun berhenti di terminal. Dengan  hiruk-piruk perkotan yang membedakan dengan desa yang penuh ketenangan. Joko kebingunan dia tidak tau mau ke mana, sambil melihat sisa uang yang dia punya. Dia berjalan tak tau arah. Tiba- tiba Joko melihat seorang laki-laki paruh baya berteriak minta tolong….!

Laki-laki itu baru saja ke jambretan, dengan cepat Joko mengejar pejambret itu, dengan ke ahlian beladiri yang dipelajarinya sewaktu di desa, dengan mudah Joko mengalahkan penjambret. 

Laki-laki yang kejambretan itu bernama pak Bambang, seorang menejer di perusahaan kayu, dia sangat berterima kasih kepada joko. Joko pun menjelaskan niatnya kekota. Dengan senang hati laki-laki paruh baya itu menawarkan pekerjaan kepada Joko. Tidak berpikir lama, Joko pun menerima tawaran pak Bambang.

Tiga tahun kemudian dengan ketekunan dan kerajinan yang di miliki Joko, dia akhirnya biasa membeli sebuah perusahaan kayu. Joko akhirnya di kenal sebagai pengusaha kayu yang sukses. Dan semenjak itu, dia tidak pernah kembali lagi ke desanya.

Dengan segala obsesinya untuk meraih kekeyaan dan kesuksesaan, Joko akhirnya menjadi gelap mata. Dia menebang semua pohon, sampai suatu waktu dia datang ke desanya, namun niatnya bukan untuk kembali ke dasa, tetapi berencana menebang semua pohon yang ada disana.

Tanpa sepengetahuan warga desa, Joko menebang semua pohon yang ada disana. Akhirnya tidak berselang lama, desa itu dilanda musibah banjir dan  longsor yang sangat besar. Desa itu pun hilang dan semua warga tidak dapat tertolong.

Meliahat kejadian yang melanda desanya, Joko pun sangat merasa bersalah atas perbuatannya, yang menimbulkan bencana untuk semua orang. Joko akhirnya menyerahkan diri ke pihak berwajib.

Biodata
Hawa Ahda Huda Noor, lahir pada 13 Oktober 1995, Sarjana S1 FKIP UNLAM Jurusan Bahasa Inggris.
Lebih baru Lebih lama