BUPATI Kapuas HM Wiyatmo didampingi Plt Sekda Kalteng dan Kadisdik Kapuas menerima penghargaan dari MURI.| foto : istimewa
KUALA KAPUAS - Sejarah baru tercipta di Kabupaten Kapuas melalui pencatatan Rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) untuk kategori Bermain Kecapi Sambil Bersenandung Karungut oleh Peserta Didik Terbanyak, sekaligus Pencanangan Penggunaan Lawung/Sumping di Lingkungan Sekolah pada Hari Tertentu Tahun 2025, yang berlangsung meriah di kawasan Rumah Betang Maggatang Utus, Kelurahan Sei Pasah, Kecamatan Kapuas Hilir, Senin (8/12/2025).
Meski diwarnai gerimis, kegiatan seni budaya ini berjalan khidmat dan penuh semangat kebersamaan. Hadir dalam acara tersebut Plt Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Leonard S. Ampung mewakili Gubernur Kalteng, Bupati Kapuas HM Wiyatno, Wakil Bupati Dodo, Sekda Usis I Sangkai, jajaran Forkopimda, serta para kepala perangkat daerah.
Dalam sambutannya, Bupati Kapuas HM Wiyatno menegaskan bahwa kegiatan ini bukan sekadar upaya memecahkan rekor, tetapi juga momentum penting untuk membangkitkan kembali kecintaan generasi muda terhadap seni budaya Dayak.
"Hari ini bukan hanya tentang rekor, tetapi tentang kebangkitan jati diri budaya Dayak di Kabupaten Kapuas. Karungut dan kecapi adalah warisan leluhur yang membentuk karakter dan moral generasi kita,” tegas Wiyatno.
Ia juga mengingatkan agar nilai-nilai luhur Huma Betang—Handep (gotong royong), Hapakat (musyawarah), dan Hinting Pali (aturan adat)—terus diwariskan dalam dunia pendidikan. Melalui pencanangan penggunaan Lawung/Sumping di sekolah, Pemkab Kapuas berkomitmen memperkuat pendidikan karakter berbasis budaya lokal.
Sementara itu, Plt Sekda Provinsi Kalteng Leonard S. Ampung dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas inisiatif Kapuas dalam melestarikan budaya daerah.
"Rekor MURI bukan tujuan akhir, tetapi sarana menanamkan rasa bangga dan cinta budaya Dayak kepada generasi muda,” ujarnya.
Kegiatan yang diikuti seribu peserta didik dari SD hingga SMA ini menjadi wujud komitmen Pemkab Kapuas dalam menjaga warisan budaya. Selain mencatatkan rekor nasional, kegiatan tersebut menanamkan nilai edukatif, memperkuat identitas lokal, dan menumbuhkan kebanggaan generasi muda terhadap budaya Dayak di era modern.[zulkifli]
