Dukung Peningkatan Pendapatan Petani, Kementan Dorong Budidaya Tanaman HVC

Dukung Peningkatan Pendapatan Petani, Kementan Dorong Budidaya Tanaman HVC

KEMENTERIAN Pertanian membuktikan bahwa pertanian merupakan sektor yang menjanjikan. Dalam banyak kesempatan diungkapkan oleh Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, bahwa pertanian tidak boleh berhenti dalam kondisi apa pun. 

Di masa pandemi Covid-19, pertanian menjadi salah satu sektor yang mampu survive. Bahkan tumbuh positif di saat sektor lain mengalami tekanan. 

“Karena pertanian itu perspektif. Pertanian itu selain sebagai sumber pangan, pertanian pasti mampu menyediakan lapangan kerja, dan memperluas kesempatan berusaha. Apalagi di masa pandemi Covid-19,” imbuh Mentan SYL. 

Mentan SYL menambahkan, jika emas paling murni dan bernilai mahal itu 24 karat, maka pertanian ibarat emas 100 karat, yang harganya sangat tinggi sampai kapanpun dan juga seperti merpati putih yang tidak pernah ingkar janji, karena itu pertanian harus semakin maju dan harus semakin kuat.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi menyampaikan hal serupa.

“Petani harus jeli mengembangkan sektor usahanya agar mendapatkan hasil maksimal,” jelas Dedi.

Melalui Program Startegic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project (SIMURP), petani diarahkan untuk mengembangkan budidaya tanaman bernilai ekonomi tinggi. 

Katingan Kuala sebagai salah satu lokasi kegiatan climate smart agriculture (CSA) SIMURP merupakan kawasan pertanian dengan komoditas utama padi yang sangat luas. 

Dengan tipologi lahan pasang surut A dan B, produksi padi dari Katingan Kuala mampu menyuplai beras di propinsi Kalimantan Tengah. 

Pada kegiatan SIMURP ini, petani difasilitasi untuk mengembangkan komoditas bernilai ekonomi tinggi, sehingga menjadi alternatif untuk membantu meningkatkan pendapatan petani. 

Hasil identifikasi penyuluh dan petani dari penilaian keseuaian lahan, preferensi serta demand di pasar, menunjukkan bahwa cabai dan bawang prei sebagai tanaman bernilai ekonomi tinggi. 

Aman Nurrahman Kahfi, widyaiswara BBPP Binuang menerangkan, petani perlu mempertimbangkan dan mencoba untuk berfikir out of the box. Jika selama ini petani menggantungkan pada komoditas utama padi, sedangkan tanaman cabai dan bawang prei hanya ditanam terbatas pada pematang dan jalan usaha tani.

“Dalam kegiatan ini, petani difasilitasi untuk mengembangkan tanaman cabai dan bawang prei secara serius sebagai tanaman utama. Artinya, ada upaya untuk penataan lahan yang lebih teratur serta pemeliharaan yang serius sehingga cabai dan bawang prei mampu memberikan pendapatan yang lebih baik, tentunya selain padi," paparnya.

Workshop high value crop SIMURP Kalimantan Tengah dilaksanakan pada tanggal 23-24 September di Hotel Vivo Sampit. 

Hadir dalam acara tersebut antara lain Sekretaris Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Pertanian Provinsi Kalimantan Tengah, Kepala Dinas Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Katingan, pengelola SIMURP pusat, propinsi dan kabupaten, para narasumber dari BBPP Binuang, BPTP Kalimantan Tengah dan Balingtan Pati serta penyuluh dari BPP Pegatan Katingan Kuala, para petani penerima manfaat SIMURP, KWT dan petani milenial.[adv]



Lebih baru Lebih lama