Rukui Hajat Gawi Basumangat Banua Harat dan Hutan Lestari Bencana Pergi

Rukui Hajat Gawi Basumangat Banua Harat dan Hutan Lestari Bencana Pergi

MASIH segar di ingatan, awal 2021 Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) mengalami banjir terbesar sepanjang sejarah banua ini. Sungai-sungai meluap, banyak rumah yang rusak, ternak yang mati, tanaman pertanian dan perkebunan yang gagal panen, bahkan adanya korban jiwa warga. Termasuk rumah penulis sendiri turut mengalami dampak banjir, lantai rumah tenggelam oleh air hingga 10 cm.

Banyak perdebatan oleh ahli dan pejabat akibat dari banjir di Kalsel, tingginya curah hujan yang selalu dipersalahkan menjadi penyebab. Padahal kalau lingkungan Kalsel terpelihara dengan baik, dampak curah hujan yang tinggi tidak akan terlalu berdampak besar, hingga menyebabkan banjir yang luas.

Dilansir dari suara.com, banjir akibat kerusakan lingkungan ditegaskan oleh Wakil Ketua Komisi IV DPR Daniel Johan, Ia sepakat ataspernyataan Wahana Lingkungan Hidup (Walhi), bahwa bencana banjir di Kalsel bukan sebatas karena curah hujan. Banjir di Kalsel disebabkan kerusakan lingkungan, akibat kegiatan tambang dan alih fungsi hutan menjadi kebun sawit.

Daniel memandang, kerusakan akibat tambang dan alih fungsi hutan itu yang kemudian membuat lingkungan tidak lagi dapat bertahan menghadapi cuaca, sehingga berakibat bencana.

"Kerusakan lingkungan dan masifnya alih fungsi hutan menjadi salah satu bencana ini. Sehingga tidak mampu menghadapi kondisi cuaca," kata Daniel, pada Senin 18 Januari 2021.

Karena itu, ia meminta agar lahan-lahan yang terlanjur dialihfungsikan menjadi perkebunan maupun tambang, dapat dikembalikan seperti semula. Hal itu bertujuan untuk mencegah kejadian serupa banjir pada saat ini terulang.

"Paksa untuk rehabilitasi sesuai peraturan yang ada," tegasnya.

Pembalakkan liar, alih pungsi hutan, pertambangan dan perkebunan yang tidak menjaga keragaman dan kelestarian hutan, ditambah lagi adanya kebakaran lahan dan hutan, yang memperparah kerusakan lingkungan Kalsel. Sementara mereka yang melakukan perbuatan tersebut, hidup sejahtera, punya rumah megah, mobil mewah dan kekayaan melimpah ruah. Di lain pihak, masyarakat yang tidak tahu apa-apa, menikmati bencana akibat perbuatan mereka merusak lingkungan hutan Kalsel.

Di hari bersejarah, hari jadi (Harjad) Prov Kalsel yang ke-71, secara pribadi penulis berharap dan juga mungkin harapan masyarakat Kalsel, semoga banjir besar tidak terjadi lagi di tahun berikutnya. Maka Pemerintah Provinsi Kalsel (Pemprov Kalsel) wajib memprioritaskan perbaikan lingkungan hutan banua ini, serta menindak tegas mereka yang merusak lingkungan. 

Selain itu, 2 tahun sudah Harjad Prov Kalsel di gelar di tengah pandemi Covid-19. Selama 2 tahun ini, sudah banyak masyarakat Kalsel yang menjadi korban untuk menetap di perumahan abadi (pemakaman). Tiada harapan selain agar pandemi ini cepat berlalu dan ditahun berikutnya, saat Harjad Kalsel kembali tiba, bisa digelar tanpa keprihatinan.

Sejenak lebih jauh mundur kebelakang, membuka lembaran catatan sejarah bagaimana Kalsel terlahir, dilansir dari id.wikipedia.org, saat DPRD Kalsel dengan surat keputusan No. 2 Tahun 1989 tanggal 31 Mei 1989 menetapkan 14 Agustus 1950 sebagai Harjad Provkalsel. Tanggal 14 Agustus 1950 melalui Peraturan Pemerintah RIS No. 21 Tahun 1950, merupakan tanggal dibentuknya Provinsi Kalimantan, setelah pembubaran Republik Indonesia Serikat (RIS), dengan gubernur Dokter Moerjani. 

Kawasan Kalsel pada masa lalu merupakan bagian dari 3 kerajaan besar, yang pernah secara berturut-turut memiliki wilayah di daerah ini, yakni Kerajaan Negara Dipa, diteruskan oleh Kerajaan Negara Daha dan diteruskan oleh Kesultanan Banjar. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Kalimantan dijadikan provinsi tersendiri dengan gubernur pertama Gubernur Ir. Pangeran Muhammad Noor, yang menjabat sampai dibuatnya Perjanjian Linggarjati. 

Secara historis wilayah Kalsel mula-mula dibentuk merupakan wilayah Karesidenan Kalimantan Selatan (dengan Residen Mohammad Hanafiah) di dalam Provinsi Kalimantan itu sendiri.

Kembali kemasa sekarang, Siaran Pers Pemprov Kalsel mengabarkan, meski Harjad Kalsel digelar sederhana dan masih dalam suasana pandemi Covid 19, Peringatan Hari Jadi  Prov Kalsel Ke-71, di Mahligai Pancasila, Sabtu 14 Agustus 2021, berlangsung  berlangsung khidmat.

Penjabat (Pj) Gubernur Kalsel, Safrizal ZA mengatakan, ini tahun kedua melaksanakan peringatan Harjad dengan cara yang sederhana dan terbatas. Berbagai kegiatan yang biasanya merangkai hari jadi Prov Kalsel, ditiadakan untuk mencegah dan menghindari penularan Covid-19, yang saat ini penularannya begitu mengkhawatirkan.

"Peringatan hari jadi ini menjadi momentum untuk meningkatkan semangat persatuan, persaudaraan dan kegotong royongan dalam membangun banua, sekaligus semangat kepedulian untuk berjuang bersama dalam menangani pandemi Covid-19 di Kalimantan Selatan," ucapnya.

Ia menambahkan, meskipun peringatan Harjad provinsi yang ke-71 ini secara sederhana dan terbatas, namun makna, kesan dan pesan dari peringatan ini tetap dirasakan. Makna dan pesan kesyukuran atas keberhasilan Prov Kalsel, dalam melaksanakan pembangunan secara berkelanjutan. 

"Poin kesyukuran ini adalah nilai tertinggi dan substansi utama dari kesan hari jadi yang kita peringati. Dengan bersyukur inilah, Allah akan menambah nikmat dan anugerahnya di bumi Kalimantan Selatan, karena inilah janji Allah bagi orang-orang yang bersyukur atas pemberiannya," ungkapnya.

Safrizal menuturkan, banyak pembangunan telah dilakukan yang bertujuan untuk warga banua. Mulai dari membangun jalan, jembatan, perbaikan jalan yang rusak di berbagai wilayah, membangun sekolah-sekolah,  membangun bendungan, meningkatkan pelayanan kesehatan, bantuan sosial untuk rakyat misikin, pemberdayaan sektor umkm, menjaga ketahanan pangan dan lain sebagainya.

"Semua kita hadirkan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Apalah artinya pembangunan, jika rakyat tidak merasakannya. karena itu, saya mengingatkan kepada seluruh jajaran pemerintah provinsi dan kabupaten/kota, agar rakyat harus mendapat perhatian utama. Rakyat memang sepantasnya mendapat pelayanan dan pengayoman yang sebaik-baiknya dari kita semua,"ucapnya.

Disamping itu, ditengah upaya bergerak cepat untuk membangun Kalsel dan mensejahterakan rakyat. Safrizal mengatakan, sekarang dihadapkan dengan tantangan yang sangat besar dari pandemi Covid-19, yang belum menunjukkan tanda-tanda berakhir hingga satu setengah tahun ini, yang berdampak telah menimbulkan masalah kesehatan, ekonomi hingga permasalahan sosial. 

"Namun bagi urang banjar, tak pernah ada kata menyerah dalam melawan pandemi ini, semangat kita tak pernah goyah dengan keteguhan berpegang pada semboyan “haram manyarah waja sampai kaputing”,"serunya dengan semangat.

Ia menuturkan, sebagai upaya dan ikhtiar untuk memutus mata rantai penularan Covid-19, akan terus memperbaiki kekurangan dan kelemahan dalam penanganan pandemi. Caranya baik dalam penerapan protokol kesehatan, program vaksinasi, penyaluran bantuan sosial maupun pemulihan ekonomi. 

"Disamping itu, kita sangat mengharapkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap bahaya pandemi ini. jika masyarakat disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan. Menjaga jarak, menghindari kerumunan dan menerapkan perilaku hidup sehat dan bersih, maka pandemi ini akan segera cepat teratasi,"harap Safrizal.

Ia mengajak melalui momentum ini, bergerak untuk membangun banua. Banyak agenda dan program pembangunan untuk dianjutkan, sinergi antara pemerintah provinsi dan kabupaten/kota agar ditingkatkan.

"Momentum hari jadi ini kita jadikan inspirasi untuk membangun banua secara bersama. Mari kita maknai tema “Rukui Hajat, Gawi Basumangat, Banua Harat”, sebagai spirit kita untuk  menyongsong perjalanan provinsi kalimantan selatan yang lebih maju, lebih baik, lebih sejahtera, serta kehidupan rakyat yang berkemakmuran," pungkasnya.[adv/araska]


Lebih baru Lebih lama