Telan Rp17 Miliar Lebih, Drainase Utama Pengendalian Banjir Ambruk

Telan Rp17 Miliar Lebih, Drainase Utama Pengendalian Banjir Ambruk

PALANGKA RAYA, MK - Baru seumur jagung, drainase utama pengendalian banjir yang terletak di kawasan Mandawai  Pasar Kahayan  Jalan Tjilik Riwut Kilometer 1,5 di Kelurahan Palangka Kecamatan Jekan Raya, Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah, ambruk, Sabtu (5/2/2021) malam. 

Itu tampak dari panjang proyek 600 meter, 50 meter di antaranya roboh. Proyek pembangunan drainase utama pengendalian banjir sendiri menghabiskan Anggaran Pendapatan Balanja Negara (APBN) sebesar Rp17 miliar lebih.

Saat ditemui metrokalimantan.com, Senin (8/2/2021), Ketua Rukun Tetangga (RT) 02 Mendawai 7 Kelurahan Palangka Pasar Kahayan, Hajah Trisnawati mengatakan, peristiwa tersebut terjadi pada Sabtu malam sekitar pukul 23:00 WIB dengan kondisi hujan deras dan air dari arah sana sempat penuh.

"Pekerjaan tersebut baru selesai setengah bulan yang lalu, karena baru pekerjaan masih baru, paving-pavingnya masih baru-baru ada belong sedikit. Kalau di bagian siring pagarnya sendiri tidak ada  sih retak-retak biasanya kalau ada retak-retak pasti ada yang lapor ke saya," ucap Ketua RT 02, Trisnawati.

Ditanya kejadian tersebut, Trisnawati menjawab, jalan di paving-paving tersebut masih baru. Jadi mungkin perkiraan jalan tersebut menurun. 

Waktu kejadian tersebut bunyi sangat keras dan air sangat deras. Warga setempat ada keluar dan tidak melihat ke belakang dan warga banyak di depan sana.

"Habis kejadian tersebut, selaku RT dan masyarkat, kami terus memantau drainase tersebut," ungkap Ketua RT 02 ini.

Saat dikonfirmasi awak media, Kepala Balai wilayah sungai Kalimantan ll, Ir Dwi Cahyo  Handono Setyawan SP didampingi  Satuan Kerja (Satker) Pelaksanaan Jaringan Sumber Air (PJSA) Kalteng Dirjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR RI, Muhammad Barani ST MT mengatakan, kronologis yang didapat pada Jumat hujan sangat ekstrem diperkirakan dari sore sampai subuh hingga terjadi genangan  genangan dari mendawai 1, 2, 3 dan 4. 

"Di mana posisi Desa Mendawai itu flat jadi tidak ada drainase tersier sehingga air itu menuju ke drainase utama kita tanpa adanya saluran utama (tersier), jadi air itu mengalir tidak terarah," terang Kepala Balai Sungai wilayah Kalimantan ll, Ir Dwi Cahyo Handono Setyawan SP, Senin (8/2/2021).

Ia juga menjelaskan, penyebabnya karena hujan ekstrem yang terjadi sebelum kejadian. Di sisi lain juga karena adanya dorongan yang cukup keras dari saluran pembuangan masyarakat sekitar.

Saluran yang ada hanya tanah biasa, sehingga tidak mampu menampung air yang debitnya besar dari Mendawai, sehingga terjadi tekanan cukup besar membuat gerusan untuk mencari jalan keluar.

Bahkan diakuinya bahwa pihaknya tidak terpikir saluran tersebut bisa menyebabkan jebolnya dinding drainase, karena hanya dipasang pipa kecil saja. Lobang tersebut bisa menyebabkan robohnya dinding drainase. 

"Biasanya tidak sampai segitunya kalau hujan dengan intensitas sedang ataupun ringan," tuturnya.

Atas kejadian tersebut, pihaknya akan bertanggungjawab untuk memperbaikinya dan berkoordinasi dengan kontraktornya, yakni PT Karya Nusa Mandiri (PT KNM) karena masih belum serah terima FHO atau penyerahan kedua.

"Tetap kita bertanggungjawab dan kerugiannya sekitar Rp300 juta. Karena pemeliharaannya enam bulan sesudah selesai, yakni Desember 2020, sedangkan proyeknya dari Maret," tegasnya.[deni]

Lebih baru Lebih lama