Enterprenership 'Petani Milenial' Diawali dari Inkubator Agribisnis

Enterprenership 'Petani Milenial' Diawali dari Inkubator Agribisnis

BINUANG, MK - Program enterprenership bertajuk Petani Milenial, diawali dari inkubator agribisnis di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Binuang yang dikelola oleh unit/instalasi pelayanan umum.

Tentu hal ini untuk mengimplementasikan program besar Presiden Joko Widodo dalam menciptakan lapangan kerja dan berusaha secara luas dan mandiri.

"Suatu negara dikatakan maju salah satunya adalah 4 persen penduduknya merupakan pengusaha, adapun hingga tahun 2019 masih 1,1 persen. Sehingga pada periode 2019-024 ditargetkan setiap tahun 800.000 pengusaha baru harus terlahir,” tegas Jokowi.

Untuk mewujudkan program tersebut, Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan, pada tahun ini Kementan juga tetap menjalankan tugas utamanya untuk menyediakan pangan bagi seluruh penduduk Indonesia. 

Untuk itu, Kementan telah merancang target produksi untuk beberapa komoditas pangan utama serta komoditas strategis lainnya. Rancangan produksi ini sendiri, ditargetkan meningkat rata-rata sebesar 7% apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.


Tentunya target ini juga perlu dukungan lebih lanjut dari Kementan. Untuk itu, Kementan telah menyiapkan beberapa hal untuk mendukung serta mendorong peningkatan nilai tambah ini.

Di antaranya seperti pemanfaatan serapan Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp50 triliun dalam 1 tahun, serta membuat target penurunan losses dan efisiensi untuk hasil panen beberapa subsektor pangan.

"Untuk penurunan losses dan efisiensi, target efisiensi sektor tanaman pangan (khusus padi) mencapai 10 persen, sektor hortikultura mencapai 28 persen, dan sektor perkebunan dengan target mencapai 2 persen," jelas Syahrul.

Tidak hanya mendorong target produksi dan pasca produksi pangan, dan mendorong upaya penyerapan tenaga kerja baru. Lebih lanjut, dari segi penyerapan tenaga kerja, di tahun ini Kementan menargetkan dapat menyerap tenaga kerja baru di sektor pertanian sebanyak 38,24 juta orang. 

“Secara rinci, jumlah tersebut terbagi atas penyerapan tenaga kerja untuk sektor tanaman pangan sebesar 19,12 juta orang, tenaga kerja hortikultura sebanyak 3,44 juta orang, tenaga kerja peternakan sebanyak 11,09 juta orang, serta tenaga kerja untuk perkebunan sebanyak 4,59 juta orang,” imbuhnya.

Program Petani Milenial, Kepala Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Binuang, Dr Yulia Asni Kurniawati Msi spontan merespon dengan mempersiapkan program dan kegiatan untuk memperkuat Sumber Daya Manusia, khususnya dalam meregenerasi pelaku agribsnis yaitu petani milenial  dengan usia rata-rata 20 sampai 45 tahun.

Oleh karenanya, sejak 2019 di BBPP Binuang dikembangkan lebih inten unit/instalasi pelayanan umum, berupa unit kegiatan usaha yang langsung dikendalikan oleh para widyaiswara sesuai dengan minat, bidang keahlian dan pengalamannya.

Sebagai contoh Unit Instalasi Labolatorium Perbenihan telah merintis produk untuk kalangan sendiri yaitu benih kacang hijau, kacang tanah, jagung manis, padi unggul, dan Kakao. 

"Mengingat masih dalam proses persiapan instalasi, perizinan dan membangun pemasaran dan introdukti paket inovasi yang kekinian sedang berlangsung,” tambah Budiono, salah satu Pengelola Labolatorium Perbenihan.

Sesuai dengan pengalamannya dalam pemberdayaan petani dan UMKM yang didukung keahlian dalam pengelolaan usaha. Telah dirintis pengembangan cluster-cluster Kakao di Kecamatan Kaubun, Kabupaten Kutai Timur sejak 2015-2020 yang didukung kegiatan BBPP Binuang, melalui Pelatihan Tematik Kakao 21 hingga 23 Oktober 2019.

"Sebagai hasilnya telah terbentuk inisiasi cluster budidaya kakao dari proses penanaman baru hingga peremajaan dan pengembangan agribsinis kakao secara hilirisasi, yang dilakukan para purnawidya” terang Budiono yang menjadi koordinator akademik pelatihan tematik kakao kala itu. 

Sebagaimana dilakukan di lahan praktek kakao di BBPP binuang, juga dilakukan di cluster kakao kaubun mulai kegiatan pembibitan hingga produksi akhir kakao, dalm bentuk permen, bubuk dan pasta kakao yang diwadahi dalam Assosiasi UMKM Kaubun dan Assosiasi/Perhimpunan Gakpotan  Kaubun. 

"Namun semua masih perlu dukungan pengawalan dan pendampingan untuk  menuju kemandirian, hingga terbentuk Koorporasi petani sebuah badan Usaha Milik Petani sebagaimana diamanhkan dalam UU nomor 23 tahun 2014, tentang Badan Usaha Milik Petani," jelas Budiono saat menjadi fasilitator pelatihan teknis perakitan dan operasional mesin olahan hasil kakao di Kaubun.

Setidaknya hingga 2020 telah terbentuk cluster-cluster kakao seluas 1.800 hektare lebih, dengan lahan tanam baru 800 hektare. Serta pada tahun 2020 mendapat dukungan bibit dari Direktorat Jenderal Perkebunan sebanyak 100.000 bibit dan mendapat dukungan mitra usaha baik investasi modal usaha dan pemasaran dari  Belanda dan German.

“Menyusul perhatian dinas teknis di lingkup Pemerintah Kabupaten Kutai Timur baik berupa dukungan sarana, permodalan, dan pengembangan infrastruktur jalan yang makin menjangkau sentra sentra produksi kakao,” selanya.

Kegiatan” Cacao Estate” yang terinisiasi sejak tahun 2015, didukung purnawidya BBPP Binuang menjadi akselerasi terwujudkan sistem agribisnis kakao, yang mengelola hulu hingga hilir bisnis yang dikelola petani dan dukungan pihak pemerintah dan pemerhati/pengusaha telah menyerap/menyediakan lapangan kerja sedikitnya bagi 1.573 orang yang 85 persen dari kalangan petani milenial.[advertorial]

Penulis : Budiono
Lebih baru Lebih lama