Hardiknas, Apa Kabar Pendidikan Indonesia ?

Hardiknas, Apa Kabar Pendidikan Indonesia ?

TANGGAL 2 mei ditetapkan sebagai hari pendidikan nasional. Sebagai salah satu wahana pembentuk karakter bangsa, pendidikan adalah sektor penting dimana para “Nation Builders” Indonesia diharapkan dapat berjuang membawa negara bersaing di kancah global.

Namun, dunia pendidikan di Indonesia masih memiliki kendala yang berkaitan dengan mutu pendidikan di antaranya adalah keterbatasan akses pada pendidikan, jumlah guru yang belum merata, serta kualitas guru itu sendiri yang sangat jauh dari harapan.

Masalah pendidikan tak pernah usai dibahas padahal pendidikan adalah hal yang paling fundamental dalam berkehidupan dan dalam membangun bangsa yang berkemajuan. 

Seharusnya seluruh anak di Indonesia harus mendapatkan hak pendidikan secara merata. Seperti dalam UUD 1945, pada alinea ke-4 salah satu bunyinya adalah “Mencerdaskan kehidupan bangsa” namun apakah itu sudah terlaksanakan dengan baik dan benar? 
Tanpa pendidikan bagaimana generasi penerus bangsa melanjutkan dan memajukan bangsa?

Menurut survei Programme for Internasional Student Assessment (PISA) tahun 2018 kualitas pendidikan Indonesia masih jeblok. Ini sebuah ironi yang selalu saja menghampiri dunia pendidikan di negara kita.

Rendahnya mutu pendidikan Indonesia antara lain disebabkan oleh efektivitas, efesiensi, dan standarisasi pengajaran.
Kurangnya kreatif para pendidik juga menyebabkan pendidikan kita semakin tertinggal, kurikulum pendidikan yang dibuat hanya berdasarkan pada pengetahuan pemerintah tanpa memperhatikan kebutuhan tiap daerah di Indonesia.

Pendidikan yang diterapkan hari ini sama sekali tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Sekolah, kampus, ataupun instansi pendidikan lainnya hanya menjadikan tempat tersebut untuk mencetak generasi feodal yang harus tunduk dan patuh atas segala perintah. 

Pendidikan yang dihadirkan hari ini tidak memfokuskan kemana arah potensi anak didik harus dikembangkan. Kita hanya disuruh menghafal dan menguasai semua materi yang diberikan oleh guru.

Satu hal penting adalah kualitas seorang pendidik akan menetukan kualitas anak yang dididiknya. Kebanyakan seorang pendidik hanya menjalakan tugas wajibnya sebagai pengajar bukan pendidik. Sebagai seorang pendidik yang memiliki kemampuan harusnya mereka bisa mengarahkan akan kemana anak didiknya dikembangkan.

Kita tidak bisa menyama ratakan kemampuan anak dan menuntutnya untuk bisa. Tan malaka pernah berkata “Tujuan pendidikan itu mempertajam kecerdasaan memperkokoh kemampuan serta memperhalus perasaan”. 

Hal terpenting lainnya adalah guru yang tidak memiliki kompetensi di bidangnya dan sudah tidak relevan dengan perkembangan zaman sekrang. Guru yang basicnya IPA misalnya malah dijadikan guru Olahraga kasus ini sangat sering dan banyak kita jumpai, terlebih guru yang gaptek teknologi.

Adapun solusi dari masalah di atas adalah dengan mengubah sistem pendidikan dengan cara mengarahkan siswa untuk lebih kreatif yang sesuai dengan potensi yang mereka miliki.

Pemerintah harus jeli melihat kondisi ini, jangan jadikan pendidikan hanya sebagai formalitas belaka untuk mendapatkan ijazah tanpa kualitas yang memang sesuai dengan harapan.

“Pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk mengubah dunia” Nelson Mandela.[]

Penulis: Muhammad Aditya Hariyadi 
Ketua Umum Dewan Eksekutif Mahasiswa 
Fakultas Tarbiyah UIN Antasari Banjarmasin
Lebih baru Lebih lama