Basuluh Banua 2025, Temu dan Kenali Budaya di Hulu Sungai Utara

Basuluh Banua 2025, Temu dan Kenali Budaya di Hulu Sungai Utara


AMUNTAI – Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) menggelar kegiatan Basuluh Banua 2025 dengan tema “Temu dan Kenali Budaya di Hulu Sungai Utara”, sebagai upaya pelestarian dan pengembangan kebudayaan daerah. Kegiatan ini menjadi wadah penting bagi pelaku seni, akademisi, dan masyarakat untuk memperdalam pemahaman terhadap potensi kebudayaan lokal.

Kegiatan yang dibuka oleh Wakil Bupati Hulu Sungai Utara Hero Setiawan (Iwan Alabio) tersebut berlangsung di Aula KH Idham Chalid, Sabtu (8/11/2025). Hadir pula Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XIII Kementerian Kebudayaan Riris Purbasari SS MA, Sekda HSU H. Adi Lesmana, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan HSU Rahman Heriadi, serta Ketua GOW HSU Mayang Melani Hero Setiawan.

Basuluh Banua 2025 terbagi dalam dua rangkaian kegiatan utama. Pada sesi pagi, digelar seminar potensi budaya yang menghadirkan narasumber berpengalaman di bidang kebudayaan, antara lain Tenaga Ahli Pengembangan M. Panji Kusumah, Gerakan Konservasi Alam Ignasius Kendal, dan pembuat film dokumenter Anton Hendrawan. Para narasumber menyoroti pentingnya dokumentasi, konservasi, serta strategi pengembangan kebudayaan daerah agar tetap relevan di tengah arus modernisasi.

Wabup Hero Setiawan mengaku bangga dan mengapresiasi terselenggaranya kegiatan ini.

“Basuluh Banua bukan sekadar perhelatan seni, melainkan gerakan nyata untuk membangkitkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pelestarian budaya,” ujarnya.

Ia menegaskan, Hulu Sungai Utara memiliki warisan budaya yang bernilai tinggi, mulai dari kesenian tradisional, kuliner khas, hingga bangunan bersejarah seperti Candi Agung Amuntai.

“Semua ini merupakan identitas daerah yang harus kita jaga bersama. Budaya adalah cermin jati diri, dan dari sinilah karakter generasi muda kita dibentuk,” jelasnya.

Menurutnya, nilai-nilai budaya yang sarat moral dan kearifan lokal dapat menjadi penyangga moralitas generasi muda di tengah derasnya arus globalisasi.

“Kebudayaan bukan hanya tentang masa lalu, tetapi juga fondasi bagi masa depan. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya menjadi tameng dan pedoman bagi anak-anak kita dalam menghadapi tantangan zaman,” tambahnya.

Sementara itu, Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XIII Kemenbud, Riris Purbasari, menilai kegiatan ini sebagai langkah positif dalam memperkuat ekosistem kebudayaan di daerah.

“Kegiatan seperti ini adalah bentuk nyata kolaborasi antara pemerintah daerah dan masyarakat dalam menjaga warisan budaya. Hulu Sungai Utara memiliki kekayaan budaya yang luar biasa, dan tugas kita bersama memastikan agar nilai-nilai luhur itu tidak pudar oleh waktu,” ungkapnya.

Pada sesi malam, Aula KH Idham Chalid berubah menjadi panggung ekspresi budaya. Beragam penampilan seperti tari tradisional, teater rakyat Mamanda, hingga musik daerah berhasil memukau penonton.

Gelaran Basuluh Banua 2025 menjadi ajang refleksi bahwa seni dan budaya daerah bukan sekadar tontonan, melainkan wujud kearifan lokal yang menyimpan nilai moral, filosofi hidup, dan identitas masyarakat Hulu Sungai Utara. Pemerintah daerah berharap kegiatan ini tidak berhenti sebatas seremoni, tetapi berlanjut menjadi gerakan bersama dalam menjaga dan mengembangkan potensi budaya lokal.

Sejalan dengan visi daerah “HSU Bangkit”, pembangunan di Hulu Sungai Utara tidak hanya difokuskan pada sektor fisik dan ekonomi, tetapi juga pada penguatan jati diri serta karakter masyarakat melalui kebudayaan.

“Dengan semangat kebersamaan dan kepedulian terhadap warisan budaya, Hulu Sungai Utara terus berupaya menjadi daerah yang maju tanpa kehilangan akar tradisi dan nilai-nilai luhur yang diwariskan para pendahulu,” tutup Wabup Hero Setiawan.[]

Lebih baru Lebih lama