KKN Mandiri, Mahasiswa Kelompok 59 Kolaborasi bersama Perangkat Desa

KKN Mandiri, Mahasiswa Kelompok 59 Kolaborasi bersama Perangkat Desa

SAMPIT - Mahasiswa Kelompok 59 Kuliah Kerja Nyata (KKN) Mandiri Universitas Palangka Raya (UPR) berkolaborasi bersama perangkat Desa Lampuyang, Kecamatan Teluk Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng).

Perangkat Desa Lampuyang, Halimah mengatakan, KKN Mandiri UPR ini memantau potensi lahan gambut untuk lahan pertanian baru, sebagai komoditi yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat  Desa Lampuyang Kabupaten Kotim.

"Di lahan gambut tersebut berpotensi untuk dijadikan lahan pertanian yang bertujuan untuk mengetahui apakah di lahan gambut tersebut bisa ditanami komoditas yang dapat meningkatkan ekonomi masyarakat setempat," ucap Halimah, Jumat (12/8/2022).

Menurutnya, dalam memenuhi kebutuhan, sangat disayangkan Sumber Daya Manusia (SDM) di Desa Lampuyang belum mampu untuk mengelola lahan gambut untuk pertanian

"Dengan adanya kegiatan ini masyarakat bisa memanfaatkan lahan mereka untuk ditanami komoditi serta sumber ekonomi yang bermanfaat untuk desa," ungkapnya.

Sementara itu, Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) KKN-T Mandiri Kelompok 59 UPR, Charles Hutapea SIP MlP menjelaskan, kegiatan ini  bagus untuk masyarakat yang ada dalam wilayah gambut. 

Karena di Kalteng, dijadikan sebagai wilayah restorasi gambut harusnya disarankan para pegiat restorasi, termasuk kegiatan KKN-T Mandiri UPR harusnya bekerja erat dengan petani lokal.

"Untuk mempraktikkan budidaya di lahan gambut yang mungkin pemetaan dulu jika gambut tipis di desa tersebut bisa dengan menanam padi, nanas, talas, sagu juga peternakan dan perikanan," terang Dosen Pembimbing DPL KKN T Mandiri UPR.

Dia juga menjelaskan, pelaku restorasi harus bekerja sama dengan masyarakat lokal untuk menjaga lahan gambut sembari meningkatkan taraf hidup melalui pengolahan lahan gambut yang ramah lingkungan.

Contohnya, memanfaatkan ternak lebah madu yg ada di desa Lampuyang, pengenalan teknik beternak dan bertani tanpa membakar, serta penggalakan pariwisata alam berbasis konservasi (ecotourism).

"Hal tersebut dilakukan agar masyarakat tetap bisa memperoleh penghidupan berdampingan dengan upaya restorasi gambut. Ini akan sangat bagus jika bisa dikemas dalam FGD yang bertajuk pengelolaan gambut berkelanjutan," pungkasnya.[dandi/deni]

Lebih baru Lebih lama