Simfoni Aksara Jingga

Simfoni Aksara Jingga

Puisi oleh Maradona Sihombing

Larik-larik syair bersenandung memecah sunyi
Getar melodinya merasuk hebat mengalir di dinding hati 
Diksi fiksi yang tertuang membawaku pada kedamaian
Alurnya senandung syahdu seorang dilanda rindu menggebu
Bahasa telah membawaku pada keindahan rasa tak terkata
Inilah dunia para pecinta sastra!

Rajut benang kata melukis cerita permata
Kilaunya memanjakan mata terus membaca

Aku kagum pada para sastrawan negeri ini
Segala mereka rangkai indah, sebait puisi atau sealur cerita
Tak ada yang sia-sia bagi sastrawan kita
Betapapun dunia ingar-bingar tak menentu
Pena-pena terus berlari menuliskan segala peristiwa
Menjadi sebuah karya yang berarti

Mengenang mereka seakan aku menyaksi sebuah orkestra megah
Kunikmati tak henti-henti, meresap ke bilik hati
Kenyamanan yang tak kutemukan pada panggung lain
Sambutlah panggung sastra yang akan membuatmu bahagia
Bersama kemas manis buah karya sastrawan bangsa
Nikmatilah sampai kau ingin kembali menikmati! 

BIODATA
Maradona Sihombing, lahir di Dusun Bintais Jae, Labuhanbatu, Sumatera Utara. Menyelesaikan S1-nya dari Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir, pada jurusan Syariah Islamiyah (2013). Ia tinggal di dusun kelahirannya. Facebook Maradona Sihombing. Puisi-puisinya pernah dimuat di Koran Expos Independent, Sumatera Utara. Beberapa karya yang telah ia hasilkan seperti Mutiara 2 Negeri (Insan Cita, 2014), antologi puisi Dongeng Sang Jenderal (Qudsiyah Press, 2014), antologi puisi Ibu dalam Balutan Rindu – 70 Penyair Indonesia (FAM Publishing, 2015), antologi puisi Tentang Kota yang Menjaga Takbir dalam Degup Dada – 80 Penyair Indonesia (FAM Publishing, 2015), Ensiklopedi Penulis Indonesia Jilid 3 – 32 Penulis Indonesia (FAM Publishing, 2015), memoar Kinanah (Pintukata, 2016), Buku Putih (Prima, 2016), Batak Juga Muslim (2016) - sudah dibedah di koran Harian Analisa, Mengantar Bintang ke Angkasa (2017),  Puisi untuk Nabi (2017),  Catatatan Perjalanan – Jogja Istimewa (2018),  Masa Terindah (2018), dan Berantakan (2018), dan Sajak Cinta untuk Ibu (2019).

by #SastraBanua Facebook
Lebih baru Lebih lama