Angin Monsun Sebabkan Intensitas Hujan Tinggi hingga Banjir

Angin Monsun Sebabkan Intensitas Hujan Tinggi hingga Banjir

BANJARBARU, MK - Curah hujan di sejumlah wilayah di Kalimantan Selatan dalam beberapa hari terakhir, terbilang cukup tinggi. Di beberapa daerah bahkan berakibat banjir.
Kepala Stasiun Meteorologi Syamsudin Noor Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kalimantan Selatan, Karmana, Jumat (14/2/2020) menjelaskan, salah satu dari sekian penyebab ialah aktifnya angin Monsun Asia. 
Menurutnya, Angin Monsun Barat ini berasal dari daratan Asia yang membawa massa udara basah yang mempengaruhi musim hujan. 
"Monsun ini juga mempengaruhi pola konfrogensi dan terjadinya perlambatan kecepatan angin di beberapa wilayah, dampaknya beberapa pasokan uap air juga didukung oleh suatu permukaan laut di sekitar wilayah perairan yang cukup hangat," paparnya. 
Sebagai imbauan dini, BMKG meminta masyarakat untuk lebih berhati-hati dan mewaspadai potensi hujan dengan intensitas lebat yang dapat disertai petir, kilat dan angin kencang. 
"Jangan berdiri di tengah lapang ketika hujan, ketika banjir berhati-hati dengan jalan yang berlobang dan keadaan di sekitar, untuk para nelayan waspadai gelombang yang sampai ketinggian 2 meter," tutur Karmana.
Ia menambahkan, musim hujan yang tengah berlangsung di Indonesia, puncaknya diprediksi berada pada bulan Januari sampai bulan Maret.
"Ini juga tidak serentak terjadi di seluruh wilayah Indonesia," terangnya.
Memang ada beberapa wilayah di Kalimantan Selatan yang sedang mengalami tingkat curah hujan yang tinggi. Untuk curah hujan Kalimantan Selatan berada pada kriteria menengah belum tinggi yaitu 50 sampai 150 milimeter per 10 hari. 
"Ada daerah yang mengalami hari tanpa hujan dengan kriteria pendek dengan 6 sampai 10 hari di daerah Pamuka Selatan yaitu Kotabaru. Curah hujan tertinggi terjadi di Candi Laras Selatan, Kabupaten Tapin 229 milimeter," jelasnya.
Karmana menyebut, dari prediksi BMKG, sebenarnya cuaca di 2020 terbilang normal. 
Karmana mengungkapkan, kemarau panjang atau El Nino tahun 2019 tidak akan berlangsung ke tahun 2020. Ini dilihat dari suhu permukaan air laut di kawasan Indonesia cenderung hangat. 
"Semakin hangat semakin normal," jelasnya.
Dengan kata lain, lanjutnya, di tahun 2020 ini iklim kembali normal. Kondisi ini tidak seperti di tahun 2019 yang mana menjalani masa kemarau yang cukup panjang atau disebut El Nino.[fuad]
Lebih baru Lebih lama