Dihadiri 2000 Peserta, Ini Tujuan Rakernas

Dihadiri 2000 Peserta, Ini Tujuan Rakernas

JAKARTA, MK - Tak kurang dari 2000 peserta mengikuti Rakernas sekaligus Workshop Penjabaran Target dan Komitmen Pencapaian Target di Hotel Bidakara Jakarta, Senin (27/1/2020).
Acara Rakernas dihadiri oleh Menteri Dalam Negeri,  Menteri Perdagangan,  Menteri Koperasi dan UKM, Menteri PDTT, Menteri Kesehatan, Kabadan Siber hadiri dan Sandi Negara Kominfo, Sekjen, Irjen, Kabadan dan Pejabat Eselon I dan II, Kepala UPT lingkup Kementan, Kadis 'Pertanian' Provinsi dan Kabupaten/Kota dan beserta kepala  Bidang seluruh Indonesia.
Kepala Biro Perencanaan, Abdul Basith MS mengatakan, ada empat tujuan digelarnya Rakernas ini, yakni membahas upaya lompatan dan inovasi yang nyata bermuara pada kesejahteraan. Kemudian untuk percepatan pembangunan pertanian melalui lintas kementerian dan lembaga.
Selanjutnya, Rakernas ini untuk membahas pembangunan berbasis kawasan, dan terakhir bertujuan untuk endorong agar kegiatan sesuai dengan aturan.
Rakernas ini mengusung tema "Mewujudkan Pertanian Maju Mandiri dan Modern untuk meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi dan Kesejahteraan Petani".
Bersamaan momen ini juga dilakukan penandatanganan surat  nota kesepahaman dan kesepakatan bersama sebagai bentuk sinergitas program dengan kementerian dan lembaga.
MoU itu dilakukan antara Kementerian Pertanian (Kementan) dengan Kemendagri, tepatnya terkait koordinasi antara dua kementerian. Kemudian Kementan dengan Kemendag terkait nota tugas dan fungsi akselerasi ekspor komoditas pertanian.
Selanjutnya, Kementan dengan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT), Kementan dengan Kementerian Koperasi dan UKM terkait pengembagan korporasi petani dalam rangka industrialisasi, Kementan dengan Badan Siber dan Sandi Negara pembangun pertanian terkait perlindungan informasi, Kementan dengan Kominfo, serta Kementan dengan Badan Pengawas  obat dan Mutu Pangan terkait mutu obat kesehatan hewan.
Untuk itu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengarahkan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas. Biaya rendah melalui aksesbilitas Gapoktan ke Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebagai kekuatan utama peningkatan produksi pertanian. Mekanisasi pertanian dan research dan optimalisasi lahan serta penyediaan air melalui pembangunan embung.
Paradigma sekarang diarahkan seperti piramida terbalik yang terbesar adalah peran pengusaha  dan swasta untuk membiayai pembangunan, sedangkan APBN berada puncak piramida 
Gapoktan hadir dengan teknologi. Penyuluh harus baik. Pembina kepegawaian penyuluh berada di daerah sedangkan pembinaan teknis dikembalikan ke Kementan dan kami akan merumuskan bersama dengan Kemendagri.
"Penyuluh ibaratnya Kopasus pertanian, sehingga ibaratnya perang penyuluh kalo penyuluh tidak dibekali dengan peluru tdk bisa," tutur Syahrul.
Pelurunya Gapoktan, lanjut Syahrul adalah KUR. Gapoktan konsorsium korporasi Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) adalah Kostratani, di Kostratani ada teaching factory. Di Kostratani ada Agricultural War Room (AWR).
Bapak presiden akan memberikan 1000 ekor sapi dan setiap desa siap menerima bantuan Presiden kerjasama dengan Kementerian PDTT.
"Setiap hari Jum'at saya akan ketemu dengan penyuluh melalui AWR dan penyuluh akan saya kontrol apakah kerja atau tidak cukup dengan android dan dengan teknologi bisa kami lacak keberadaaan mereka," terang Syahrul.
Wakil ketua komisi IV DPR RI, Dedi Mulyadi mengatakan, berbicara soal pertanian sama dengan berbicara tentang negara. "Kalau ngomongin pertanian maka ngomongin negara, pertanian bukan sekedar produk makanan tapi membangun sistem hukum dan alam," imbuhnya.
Menurut Dedi Mulyadi Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, mengajarkan PPL bukan hanya teknologi pertanian tetapi juga diajarkan membangun kekuatan konservasi didalamnya mempertahankan gunung, air dan sungai. 
"Kalau untuk itu harus ada integrasi seluruh program untuk tidak berjalan sendiri sendiri. Perbaiki tanahnya, karena tanah sudah hilang kesuburannya, yang salah PPL karena meninggalkan pertanian organik," pungkasnya.[yulia]
Lebih baru Lebih lama