Diferensiasi Strategi Pertahanan di Medan Tempur Asimetrik

Diferensiasi Strategi Pertahanan di Medan Tempur Asimetrik

Oleh: Dede Farhan Aulawi


TERMINOLOGI asimetrik secara sederhana memiliki makna adanya ketidakseimbangan. Tetapi pengertian ini secara spesifik sangat melekat dalam kontek peperangan karena adanya kekuatan yang tidak seimbang antara satu pihak dengan pihak lainnya.

Mengingat kekuatannya tidak seimbang maka pasti peperangan tidak mungkin dilakukan di medan terbuka. Oleh karenanya model gerilya menjadi salah satu alternative pilihan dalam melakukan gerakan perlawanan menghadapi “musuh” yang dinilai tidak seimbang.

Perang tertutup bukan hanya dilakukan di ruang nyata, termasuk perang terbuka di dunia maya dengan inisial anonym adalah salah satu strategi gerilya asimetrik.
Jargon – jargon asimetrik akhir – akhir sering terdengar di berbagai media, berbagai seminar dan diskusi – diskusi, maupun mudah ditemukan di berbagai bahan bacaan baik media cetak maupun media online.

Meskipun belum terlalu banyak yang bisa memahaminya secara komprehensif. Peperangan asimetris atau asymmetric warfare memiliki karakter, ciri, dan sifat yang lebih soft dan low cost but high impact. Disebut high impact karena dampak yang ditimbulkannya “tidak lebih murah”, seperti dalam hal korban serta kerugian-kerugian yang diderita.

Istilah–istilah lain yang sering mengemuka untuk menyampaikan maksud yang sama, bisa dengan mudah ditemukan dalam istilah perang non militer, smart power, atau perang non konvensional.

Dalam bahasa sederhana yang dirangkum dari berbagai literature, sebenarnya perang asimetrik ini bisa disimpulkan secara sederhana sebagai berikut: “suatu model peperangan yang melibatkan dua aktor atau lebih, melalui tata cara tidak lazim yaitu di luar aturan perang konvensional.

Memiliki spektrum dan medan tempur yang luas meliputi hampir di setiap aspek astagatra (geografi, demografi, sumber daya alam/SDA, ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya, dan lain - lain). Dengan menggunakan sumber daya yang lebih hemat tetapi berdampak luar biasa.

Dampak akibat/kerusakan dan korbannya bisa sama bahkan bisa lebih dahsyat dari perang simetris. Juga belum diatur oleh konvensi perang seperti Konvensi Jenewa 1949 dan Protokol Tambahan 1977 yang secara khusus melindungi orang yang tidak mengambil bagian dalam permusuhan (warga atau penduduk sipil, pekerja kesehatan dan pekerja bantuan kemanusiaan) dan mereka yang tidak lagi terlibat dalam permusuhan. Jadi perang asimetrik adalah perang tanpa aturan”.

Robert Tomes, 2004, dalam buku Relearning Counterinsurgency Warfare, Parameter, US Army War College mendefinisikan perang asimetris tidak sekedar melihat perbedaan aktor yang berkonflik, juga mencermati cara berinteraksi dan upaya saling mengeksploitasi kelemahan-kelemahan lawan yang relevan dengan strategi dan taktik perang unconvensional.

Sementara Land Warfare Doctrine 1, 2008, The Fundamentals of Land Warfare, Australia’s Department of Defence, lebih terkait dengan perbedaan tujuan, komposisi pasukan, kultur, teknologi dan lain-lain. Jadi setiap ada perbedaan perbandingan kekuatan antara pihak-pihak yang akan berperang maka lahir medan tempur asimetrik.

Saat ini seluruh masyarakat dunia berada pada medan tempur asimetrik dan unpredictable. Tidak jelas siapa musuhnya dan tidak tahu kapan musuh melakukan penyerangan, bagaimana format serangan musuh, serta tidak tahu juga apa yang menjadi alasan kenapa musuh melakukan penyerangan.

Target serangan tidak seperti penguasaan teritori medan tempur simetrik yang bersifat konvensional, tapi di medan tempur asimetrik tidak jelas wilayah teritori mana yang akan dicaplok.

Mungkin tidak ada satu pun artileri tempur yang dikirim, tidak ada satu pun kapal induk maupun kapal selam yang diberangkatkan, bahkan tidak ada satupun pesawat tempur yang dilengkapi misil balistik diterbangkan, tetapi dampak serangannya nyata bisa memporakporandakan semua sendi kehidupan.

Dampak serangannya bukan menghancurkan ladang pertanian dan lumbung padi, melainkan memainkan harga dengan melambung harga – harga kebutuhan pokok sehingga rakyat tidak mampu membelinya. Dampaknya tidak menimbulkan luka–luka fisik, tetapi menaikan harga pelayanan medis dan obat–obatan sehingga rakyat tidak mampu menjangkaunya.

Bukan luas teritori yang dikuasainya, melainkan setiap jengkal sumber daya yang ada di teritori itu yang dikuasainya. Mungkin musuh tidak memiliki ladang minyak dan sumber tambang di negaranya, tetapi ladang minyak dan sumber tambang negara lain dikuasainya.

Musuh tidak melakukan penggulingan terhadap pemerintahan di negara musuh, tapi cukup bikin sengsara rakyatnya sehingga rakyatnya sendiri yang akan menggulingkan pemerintah-nya. Itulah model – model sederhana dari perang asimetrik abad ini.

Oleh sebab itu jika benteng pertahanan dinilai sudah bisa diterobos dalam perang asimetrik, maka merumuskan diferensi strategi tempur dengan konsolidasi kekuatan yang masih tersisa mutlak harus dilakukan agar mampu  memperbaiki batas depan medan pertahanan. Jangan sampai bobol kedua atau ketiga kalinya. Sementara serangan terus menerus dilakukan secara bertubi – tubi untuk membobol medan pertahanan ekonomi, medan pertahanan energy, medan pertahanan kesehatan, medan pertahanan mental idiologis, dan medan pertahanan digital. Cyber war saat ini jangan lagi dianggap basa basi.

Lihat saja penetrasi yang dilakukan oleh 7 orang cyber army dari suatu negara mampu memporak porandakan data perbankan di suatu negara sehingga akun–akun keuangan menjadi rusak dan hilang tak terlacak. Sampai nilai mata uangnya hancur melebihi batas normal dan pemulihan finansialnya sangat berat sekali.

Indonesia tidak boleh lengah. Indonesia harus selalu waspada. Diferensiasi strategi pertahanan mutlak harus segera dilakukan. Markas besar pertahanan perlu diperluas, baik mako pangan, mako energy, mako kesehatan dan mako mental idiologis harus merapatkan barisan.

Menatap tegap masa depan dengan tetap optimis, tetapi juga tidak lengah dan selalu siaga dengan segala kemungkinan.
Diferensiasi strategi dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan, yaitu :
1. Variasi strategi yang berkaitan dengan penyusunan rumusan plan A atau plan B, scenario 1 dan scenario 2.
2. Modifikasi strategi agar tampil lebih cantik, tanpa merubah karakter strategi itu sendiri. Dalam tataran taktis bisa dilakukan dengan merubah kemasan, tema, warna, bentuk, bahan dan hal lain  sesuai dengan kebutuhan dan dinamika di lapangan, tetapi tetap dalam satu komando menuju Indonesia yang sejahtera.
3. Transformasi strategi umum ke dalam beberapa format strategi khusus yang bersifat multiselular menjadi sistem jaringan dan jenis sel – sel yang rumit.
Semua diferensiasi strategi ini harus dijabarkan oleh masing – masing markas komandonya untuk memastikan benteng – benteng peratahanan pangan, pertahanan energy, pertahanan kesehatan dan pertahanan mental idiologis tidak jebol atau hancur.[]


Lebih baru Lebih lama