Tingkatkan Keamanan Pangan dan Lingkungan, BBPP Binuang Gelar Pelatihan Mendukung Food Estate

Tingkatkan Keamanan Pangan dan Lingkungan, BBPP Binuang Gelar Pelatihan Mendukung Food Estate

PULANG PISAU, MK - Lahan rawa yang disebut juga lahan marginal atau lahan suboptimal memerlukan perlakuan khusus dibanding lahan kering agar dapat menghasilkan gabah yang melimpah. 

Pembatas karakteristik lahan rawa dibanding lahan kering di antaranya kondisi air dan tanah masam, keberadaan senyawa racun dan potensi hama penyakit. 

Sehingga pemberian input pada budidaya padi di lahan rawa memungkinkan sangat berlebihan. Hal ini akan menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan dan menghasilkan produk yang tidak aman. 

Bertempat di BPP Pulang Pisau, Kecamatan Kahayan Hilir, Kabupaten Pulang Pisau, BBPP Binuang menggelar Pelatihan Tematik Budidaya Padi Lahan Rawa Bebas Residu. 

Pelatihan dilaksanakan mulai 20 hingga 22 Oktober 2020 yang diikuti oleh 25 peserta. Peserta merupakan penyuluh pertanian dan petani sasaran program Food Estate. 

“Pelatihan ini menjadi salah satu upaya untuk melaksanakan konservasi lingkungan dan meningkatkan keamanan pangan dari onfarm," jelas Aman Nurrahman Kahfi, widyaiswara BBPP Binuang, Kamis (22/10/2020).

Pada pelatihan ini, peserta diarahkan untuk memahami fungsi pemberian masing-masing input serta pembuatan input organik seperti MOL, POC, PGPR dan Pestisida Nabati dari bahan-bahan alami yang tersedia di lokasi. 

Optimalnya pemberian kapur, pupuk dan aplikasi pestisida dipengaruhi oleh beberapa faktor yang perlu dipahami, sehingga tepat guna. 

Misalkan pemberian pupuk harus mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti kebutuhan tanaman akan pupuk yang dapat dilihat dari umur tanaman dan BWD, membedakan tanaman yang kekurangan N dengan keracunan besi, serta pemberian pupuk yang tepat waktu, tepat dosis, tepat sasaran dan tepat cara.

“Contohnya pada tanaman padi berumur muda namun menguning bisa dua kemungkinan, yaitu keracunan besi atau kekurangan nitrogen. Jika petani hanya tahu bahwa warna kuning pada tanaman padi yang muda ini karena kekurangan nitrogen, maka pemberian pupuk urea tidak akan berefek pada tanaman, namun sebaliknya pupuk urea akan menjadi residu bagi lingkungan,” papar Kahfi.

Sementara itu, Ali Sutopo, Widyaiswara BBPP Ketindan yang bertindak sebagai fasilitator eksternal mengatakan, pembuatan beberapa input organik mengarah pada paradigma low input sustainable agriculture untuk menjaga keberlangsungan sistem pertanian. 

"Maka jika seandainya pemberian input organik berlebih tidak akan menjadi residu baik pada produk padi maupun lingkungan,” tegasnya.

Upaya untuk menggenjot produksi padi harus dibarengi dengan meningkatkan kualitas keamanan produk dan menjaga kualitas lingkungan.

Selama tiga hari, peserta sangat antusias mengikuti jalannya pelatihan baik saat diskusi maupun saat praktik pembuatan dan pengaplikasian. 

“Meskipun agak sore dalam mencari rumput untuk makan sapi, tapi kami puas dan mendapatkan banyak manfaat selama mengikuti pelatihan ini," tambah Bunasir, salah satu peserta dari Kelompok Tani Anak Tani Kalimantan

“Semua yang dipraktikkan di sini akan coba saya lakukan di rumah karena bahan-bahannya tersedia banyak di sekitar rumah,” imbuhnya.[advertorial]

Penulis : Kahfi

Lebih baru Lebih lama