SEPATU

SEPATU

Puisi Karya : Taberi Lipani

Sepatu ini keluaran pabrik anu
dari negeri antah berantah
dengan merk yang tak jelas
setia menemani mencumbu hari

Sepatu ini terbeli dengan uang abu-abu
hasil komisi transaksi gelap dan esek-esek
tetesan lendir kupu-kupu di rumput bergoyang
sisa desah leguhan senyuman di ujung malam

Sepatu ini banyak menyimpan cerita 
tentang kearifan hidup dan semua basa basi
menziarahi pusara keramat hingga tempat maksiat
sepatu ini sepatut lelaku di sisi hati yang beku.

Ciawi,Bogor,20-02-2015

Biodata
Taberi Lipani yang lebih akrab disapa dengan Pani, lahir pada 6 September 1971 di Barabai, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan. Ia mulai belajar merangkai kata sejak di bangku SD berlanjut di majalah dinding SMA 1 Barabai. Suami Nurul Lailah dan ayah dari M.Reza Pahlawan, Warisjadi Syukurmayu, Rindu Annisha Asrahati dan Nur Pancar Ali Mulia ini, dalam kesibukan sehari-harinya bertugas sebagai Pelaksana Pendata Bencana di BPBD Kab Hulu Sungai Tengah.

Beberapa puisinya banyak dimuat dibeberapa media massa dan beberapa antologi puisi. Antologi puisi terbarunya antara lain; Duka Gaza Duka Kita (Antologi Puisi 99 Penyair Indonesia 2014), Merangkai Damai (Antologi Puisi 149 Penyair Nusantara), Membuka Cakrawala Menyentuh Fitrah Manusia (ASKS XI 2014,Tapin), Diary Januari (2015/Sembilan Mutiara Publishing), Prasasti Kasih (2015), Risalah Hati Dan Syair Kehidupan (2015), Nyanyian Kacincirak (2015/Kumpulan Puisi 6 Penyair HS T), Duri Duri Angin Tebing (2015/Kumpulan Puisi 4 Penyair HST), dll.
Lebih baru Lebih lama