Bersama Petani Binaan, BBPP Binuang Wujudkan BPP Kostratani Jadi Tuan di Rumah Sendiri

Bersama Petani Binaan, BBPP Binuang Wujudkan BPP Kostratani Jadi Tuan di Rumah Sendiri

RANTAU, MK – Gempuran Pandemi Covid-19 yang kian mengganas, bencana alam yang terus mengusik hati, makin menipisnya cadangan devisa negara dan segenap aspek kehidupan bangsa dan masyarakat, tampaknya menjadi sebuah ujian.

Tentu sebagai anak bangsa kita tak bisa tinggal diam. Sesuai kapasitas dan kewewenangan kita dituntut untuk memberikan uluran tangan  secara optimal, kondisi extra ordenary. 

BBPP Binuang dengan pasukan Widyaiswara dan sinergis dengan penyuluh pertanian lapang bahu membau memberdayakan sumber dayanya untuk mewujudkan dan mengoptimalkan peran Kostratani yang sedang diprogramkan oleh Kementerian Pertanian RI.

"BBPP Binuang sebagai UPT BPPSDMP Kementerian Pertanian RI pun terus meningkatkan layanan BPP sebagai pusat data, pembelajaran, konsultasi, inovasi teknologi, membangun jejaring kerjasama," jelas Kepala BBBP Binuang, Dr Ir Yulia Asni Kurniawati M.Si.

Model pemberdayaan BPP Kostratani dilakukan sekaligus untuk menjawab permasalahan kekinian, yaitu ketersediaan sarana produksi, yang meliputi 45 persen dari total biaya usaha tani. 

Apalagi dengan dampak bencana banjir, tentunya modal kerja petani telah terkuras baik puso, penggunaan untuk biaya hidup, dan meningkatnya harga harga sarana produksi dan harga sembako.

Upaya itu diwujudkan dengan membantu memberikan instalasi rumah produksi pupuk organik cair dengan pendampingan langsung oleh Widyaiswara.

Sebagai wujud pengembangan kompetensi widyaiswara melalui community of practices, sudah menjadi keniscayaan di era global yang dicirikan nilai-nilai inovasi, kreativitas, kompetitif dan orisionalitas ide dan brading. Ini menjadi daya tarik sekaligus tantangan kekinian dan masa depan. 

"Community of Practices (CP) merupakan metode pembelajaran dengan berbagai pengalaman dari kelompok profesi yang dilakukan dengan memanfaatkan potensi talenta yang menjadi khasanah individu seorang Widyaiswara maupun dimiliki sebagai komunitas Widyaiswara," sela Budiono, salah satu Widyaiswara BBPP Binuang yang memotori upaya ini.
  
Menurutnya, sebagai wujud aksi nyata dalam mendukung kegiatan pemberdayaan, potensi lokal menjadi solusi kelangkaan pupuk dengan mengolah urine ternak menjadi bahan pupuk organik cair dan bahan bahan lokal lainnya.

Ini nantinya dikelola oleh BPP Kostratani bersama BUMP/Gakpotan bahkan bisa didorong pola kemitraan dengan pihak lain dalam pengembangannya, seperti pihak swasta, Divisi inkubator Agribisnis BBPP Binuang, PT BUMP yang sedang dirancang oleh Program Food Estate. 

Untuk inisiasi awal kegiatan ini, sementara BBPP Binuang akan melibatkan Divisi IA, Gakpotan dan Poktan sebagi prototype.   

Hal ini tentu ada rujukannya, yaitu Perpres 78 tahun 2010 jo to Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur.

Sejak Perpres ini diluncurkan kerja sama yang sebelumnya dikenal dengan Kerja sama Pemerintah Swasta (KPS), selanjutnya disebut KPBU. 

Tentunya BBPP Binuang tak berjalan sendiri, perlu koordinasi dan melibatkan pihak Badan Layanan Umum (BLU) di sekitarnya, seperti PT. BUMP dan BUMN.

Gerakan ini dapat menjadi prototype dalam skala luas yang dilakukan oleh Poktan, Gakpotan dan Divisi IA/BUMP serta praktisi di lapangan dapat turut serta memberdayakan potensi lokal dan berpeluang mewujudkan “Eco-green, Green – Food, dan Green Economic”. 

"Jejaring kemitraan dengan BPP Kostratani tentu akan menjadi base camp bagi desiminasi dan improvisasi inovasi teknologi spesifik lokal dan menjadi pusat pembelajaran dan konsultasi secara integral," jelas Budiono.
 
Indikator profesionalisme dan produktifnya seorang Widyaiswara dalam berkiprah dengan aksi nyata dalam memberikan solusi bagi masyarakat dan bangsa ini, adalah sejauh mana karya-karyanya dapat dinikmati dan menolong.

"Tentunya dengan ide dan aksinya untuk membantu meringankan atau bahkan mengentaskan mesyarakat (petani/pelaku agribis) yang sedang dihimpit oleh biaya hidup dan biaya produksi," pungkasnya.[advertorial]

Penulis : Budiono
Lebih baru Lebih lama